“Angin, untuk meniup rambutmu. Aku, untuk mencintaimu.”
Dan akhirnya saya jatuh cinta lagi kepada nya, Dilan. Sosok fiksi yang entah kenapa begitu berkesan. Mungkin karena saya kurang piknik kali yaaa sehingga saat membaca buku fiksi tentang percintaan masa SMA, saya sudah sangat bahagia.
Saya pun tidak paham, apa bagusnya buku ini. Buku ini hanya bercerita tentang kisah percintaan zaman SMA, dimana sepasang remaja sedang jatuh cinta dengan setting tahun 90’an, masih belum ada gadget dan masih menggunakan telpon rumah jika ingin menghubungi pacar. Hmm.. Kamu kangen yuu.. Kangen akan masa-masa percintaan pada zaman sekolah dulu, begitu jujur, simpel dan natural tanpa memikirkan ini itu khas anak SMA.
Novel besutan pidi baiq ini sangat ringan, honestly saya hanya baca novel ini kurang dari sehari. Tapi, menurut saya penulis bisa membawa kita berada di masa itu, dan setting Bandung.. aaaah memang ga ada matinya yaaah kalo tentang bandung. Mungkin karena saya pernah tinggal selama 4 tahun sehingga saat diceritakan Bandung masa itu entah kenapa imajinasi itu menyala di pikiran saya. Dan saya ingin juga merasakan Bandung tempo dulu. Bandung yang romantis bahkan hanya duduk di warung kopi. Haha.
Oke, back to the reality ayu! Hahaha. Tapi, buku ini emang bagus untuk selingan menurut saya disaat jenuh sama deadline report dan summary di kantor. Entah kenapa novel ini memberikan ruang baru buat saya untuk tersenyum karena mengingatkan saya saat jatuh cinta pada masa SMA.
Dilan, aku jatuh cinta padamu.